- Back to Home »
- Empat Pilar NLP , Framing , Hypnosis , Hypnotherapy , NLP Neuro-linguistic programming , NLP Practitioner , ReFraming , Self Therapy »
- 029: 6 Langkah Membingkai Ulang untuk SELF THERAPY
Posted by : Excellence Manufacturing Practices
Sunday, 23 February 2014
Teknik Enam Langkah Membingkai Ulang (Six Step Reframing)
Teknik enam langkah membingkai
ulang dapat Anda gunakan untuk menghilangkan rasa sakit, mempercepat
penyembuhan atau membantu penyembuhan. Teknik ini tidak untuk menggantikan
pengobatan medis.
Misalnya pada saat sakit gigi,
dengan melakukan teknik enam langkah membingkai ulang, Anda dapat menghilangkan rasa
sakit atau nyeri. Namun setelahnya Anda tetap harus berobat ke dokter,untuk
memeriksakan gigi Anda.
Teknik enam langkah membingkai
ulang merupakan teknik ampuh yang dapat membantu Anda dalam persoalan mental
dan kesehatan dengan mengakses bagian diri Anda yang bertanggung jawab
untuk persoalan tersebut. Dalam konsep NLP, ada bagian-bagian dalam diri
Anda yang bertanggung jawab mengurusi masing-masing kebutuhan Anda atau
dinamakan parts.
Teknik enam langkah membingkai
ulang bekerja dengan masuk dalam pikiran bawah sadar Anda dan berinteraksi
dengan bagian diri Anda yang bertanggung jawab atas persoalan yang ingin Anda
selesaikan. Anda dapat menggunakan teknik ini dengan lebih baik bila sebelumnya
Anda rutin melakukan self talk. Bila tidak, Anda perlu
perlu sabar dan kepekaan saat menggunakannya. Ada kemungkinan seseorang yang
tidak pernah berkomunikasi dengan dirinya atau sering konflik dengan dirinya,
akan mengalami penolakan atau tidak menghasilkan apapun melalui teknik ini.
Salah satu presuposisi NLP
mengatakan bahwa: ‘Seluruh tindakan
memiliki maksud yang positif’.
Jadi jika tubuh Anda melakukan
suatu tindakan, yang mungkin menurut Anda adalah masalah, namun sebenarnya
tubuh kita bermaksud positif.
Contoh:
Rasa ngilu
pada saat sakit gigi bagi Anda adalah masalah. Padahal sebenarnya tubuh
bermaksud positif kepada kita. Tubuh ingin menginformasikan bahwa ada hal yang
tidak beres pada gigi Anda, bahwa ada penyakit atau masalah pada gigi atau
gusi.
Dengan cara
memberikan SINYAL rasa ngilu itu, maka Anda menjadi tahu bahwa ‘ada masalah dalam gigi atau gusi’ Anda.
Semakin kuat rasa ngilu itu, semakin besar niat positif tubuh memberi tahu: ‘GIGI Anda atau Gusi Anda sedang dalam
masalah yang besar!’
Nah, jika
niat baik itu Anda basmi dengan obat penghilang rasa ngilu, itu berarti Anda
tidak merespek niat baik dari tubuh Anda, bahkan cenderung “membunuh” kemampuan
tubuh dalam memberikan alarm saat ada bahaya seperti itu.
Bayangkan situasinya begini, Anda
menitipkan sepeda kepada seorang Penjaga parkir supaya diawasi. Dan setiap kali
ada bahaya yang mengancam sepeda Anda, si penjaga parkir itu memberi tahu Anda,
memberikan peringatan atas acaman sepeda Anda. Karena Anda merasa terganggu
dengan peringatan itu, Anda malah membungkamnya, dan tidak berterima kasih atas
peringatannya.
Anda berpikir sinyal peringgatan itu
mengganggu Anda.
“Lha,
bagaimana nggak terganggu. Lagi asik-asiknya ngobrol main interupsi. Peringatan.
Pemberitahuan. Ini mengganggu, dong!”
Nah, karena merasa tertanggu Anda
akhirnya Anda menegur si Penjaga parkir tersebut dan bahkan marah serta mendamprat
si Penjaga agar diam dan tak perlu lagi peringatan tersebut.
Apa kira-kira sikap si Penjaga
parkir? Apakah ia terus menjadi lebih peduli atau malah malas memberikan sinyal
peringatan dan akhirnya stop sama sekali tidak mengirimkan peringatan?
Coba, bandingkan dengan cara ini :
Anda mengucapkan terima kasih kepada
si Penjaga parkir yang sudah bekerja keras menjaga sepeda Anda. Berterima kasih
karena si Penjaga parkir telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Kemudian Anda
menegosiasikan pada si Penjaga tentang cara lain dalam memberitahu sinyal
peringatan tersebut. Nanti jika ada bahaya yang mengancam, si Penjaga bisa
memberitahukan sinyal peringatan dengan cara lain yang lebih ekologis.
Bagaimana menurut Anda?
Menurut saya, cara kedua ini yang
lebih baik. Karena si Penjaga merasa dihargai, dan bahkan ia dipicu kreatifitasnya
supaya menggunakan cara lain yang lebih ekologi, misal menggunakan sinyal
lampu, tepukkan tangan, siualan atau apapun yang lebih nyaman dan tidak bising
atau mengganggu.
Kembali pada persoalan sakit gigi
tadi.
Pada saat seperti kondisi sakit
gigi, biasanya tidak bisa di lakukan conscious
reframing, apakah contex reframing
maupun content reframing, keduanya
tidak akan jalan, karena sekalipun kita sudah mendapatkan secondary gain-nya, tetap aja rasa sakit gigi itu terasa
mengganggu.
Teknik enam langkah membingkai
ulang ditujukan untuk menyelesaikan persoalan conscious reframin yang tidak jalan, yaitu terjadinya integrasi unconscious-conscious. Teknik enam
langkah membingkai ulang di NLP merupakan teknik klasik yang amat terkenal, dan
masih dapat diandalkan hingga saat ini. Ada yang memiliki pendapat bahwa teknik
ini sudah digantikan dengan teknik parts
integration. Hal ini benar untuk beberapa hal, parts integration cocok terutama untuk menyelesaikan konflik parts dalam tubuh kita, namun tidak bisa
menggantikan sepenuhnya teknik teknik enam langkah membingkai ulang ini.
Dalam buku ‘Frogs into Princes’ karya Bandler dan Grinder, menyampaikan teknik
enam langkah reframe dari hasil studi mereka pada Milton Erickson (sinyal
ideomotor) dan Virginia Satir. Point penting dalam presupposition yang terkait
hal ini adalah:
·
Setiap
masalah ada jawabannya. Tergantung seberapa besar kita berkeinginan untuk
menyelesaikannya.
·
Setiap orang
bertanggung jawab atas pikiran dan hasil dari pikirannya.
·
Pengalaman
ditempa melalui proses, waktu dan struktur. Orang membuat pengalamannya menurut
model dunianya sendiri.
·
Orang
merespon berdasar pada pengalaman yang dimilikinya bukan berdasar pada
kenyataan yang seharusnya.
·
Selalu ada
tujuan baik di balik setiap perilaku manusia.
·
Setiap orang
melakukan dengan cara yang terbaik.
·
Dan perilaku
itu memiliki tujuan tertentu.
Teknik Enam langkah aplikasi
Reframing adalah sebagai berikut:
Langkah #1: Identifikasi tindakan yang ingin
diubah.
Contoh: “Saya
ingin tetap mengetahui jika saya sakit maag namun saya tidak perlu mengalami perihnya
lambung yang luar biasa”.
Anda ingin
menghilangkan atau mengurangi rasa sakit lambung ketika serangan maag mendadak
ketika belum sempat makan, atau nyeri ketika sakit gigi, atau mabok pusing
ketika di kendaraan dan keperluan lainnya.
Langkah #2: Jalin komunikasi dengan Titik
penanggung jawab.
Komunikasi
dengan bagian yang bertanggung jawab atas persoalan tersebut.
Misalnya
bagian yang bertanggung jawab atas rasa sakit karena lambung atau maag. Nyamankan
diri Anda dan Rileks untuk berbicara dengan bagian ini.
a) Awali dengan berterima kasih.
b) Mintalah kesediaan bagian itu untuk berbicara
dengan Anda.
c) Katakanlah: “Bagian yang bertanggung jawab
atas rasa sakit ini, mohon bersedia berbicara dengan saya. Berikan tanda atau
jawaban yang saya mengerti.”
d)
Tunggulah
sampai bagian tersebut menjawabnya. Bila
Anda sering berkomunikasi ‘self talk’
dengan diri Anda, jawaban tersebut akan berupa kata-kata yang tidak perlu Anda
tafsirkan lagi.
Langkah #3: Pisahkanlah maksud positif dari
tubuh yang memiliki problem.
Tanyakan kepada
bagian diri Anda yang bertanggung jawab atas rasa sakit tersebut:
“Apa maksud
positif dari sinyal ini untuk saya?”
Dengarkanlah
jawaban yang disampaikan.
Kemudian sampaikan
terima kasih atas jawaban yang diberikan oleh bagian tersebut.
Langkah #4: Bertanya pada sisi Kreatif untuk
Alternatif pilihan.
Mintalah tiga
pilihan kepada bagian kreatif untuk memenuhi maksud positif yang disampaikan
pada langkah #3 sehingga tubuh tidak
memiliki akibat negatif dari gejala atau sinyal peringatan itu.
Pada diri
Anda memiliki bagian yang bertugas untuk menghasilkan hal-hal yang kreatif,
sehingga Anda hanya perlu meminta pada bagian ini.
Langkah #5: Memilih dan mengantikan pada
bagian symptom.
Tawarkan ketiga
alternatif pilihan kepada bagian yang bertanggung jawab atas rasa sakit
tersebut dalam diri Anda untuk memilih satu di antaranya dan menggantikannya
dengan rasa sakit yang sedang Anda alami. Mintalah signal jika bagian penaggung
jawab rasa sakit menerima alternatif pilihan tersebut. Jika pilihan tidak dapat
diterima, atau tidak ada signal, teruskan langkah
#4 atau tambahkan pilihan dengan kembali ke langkah #3.
Setelah
bagian diri Anda yang bertanggung jawab atas rasa sakit tersebut itu setuju dan
memilih salah satu pilihan yang ditawarkan, baru lanjutkan pada langkah #6.
Langkah #6: Memeriksa pilihan baru bagi
kesesuaian ekologi.
Temukanlah
jika ada bagian lain yang menolak perubahan tersebut. Pergilah ke dalam dan bertanyalah:
“Apakah seluruh bagian yang ada di dalam
tubuh saya menerima perubahan baru ini?”
Jika ada
yang tidak menerima, identifikasikan bagian tersebut dan ulangi ke langkah #2.
Bila seluruh
tubuh Anda menerima maka ucapkan ‘TERIMA KASIH’ kepada seluruh bagian tubuh
Anda.
Silakan mencoba ‘teknik enam langkah membingkai ulang’
dan teruslah berlatih. Semakin sering Anda berlatih dan mepergunakannya untuk
berbagai kebutuhan, prosesnya akan semakin cepat berlangsung dan semakin
efektif hasilnya. Bila pada awal menggunakan teknik tersebut terasa kaku dan
seperti berbicara dengan teman baru, atau masih perlu menghafal
langkah-langkahnya, nikmati saja prosesnya. Itu sebuah hal yang lumrah dan
biasa. Suatu saat nanti bila Anda sudah sering mempergunakan maka itu semua
akan menjadi lancar, kemudian terjalin komunikasi yang akrab antar bagian, pada
pikiran bawah sadar dan kesadaran Anda.
Ingat ini PENTING!
Ketika Anda mempraktekkan hal ini
dan setelah Anda mengubah cara tubuh memberikan alarm bahaya ini, maka Anda
harus segera menemui dokter untuk meminta pengobatan sehubungan dengan rasa
sakit yang Anda alami, agar masalah benar-benar terselesaikan.
Prinsipnya:
“Suara alarm menjadi tidak mengganggu lagi, TETAPI
kebakaran tetap harus dipadamkan, DAN sumber kebakaran harus diamankan agar
tidak berpotensi menimbulkan kebakaran LAGI”.