- Back to Home »
- Goal , Goal Setting , Outcome Framed , Outcome Thinking »
- 18: Menikmati Penolakan, Menuai Hasil
Posted by : Excellence Manufacturing Practices
Monday, 14 October 2013
No Goal, No
Target, No Planning, No Action, No Results
Senin pagi,
jam tujuh, Suryo telah duduk di mejanya. Sudah menjadi kebiasaan bagi Suryo, di
Senin pagi adalah membaca catatan penting yang perlu ditindaklanjuti di
sepanjang minggu berjalan ini. Catatan penting yang berisi luberan tugas minggu
lalu, dan juga tugas dari Pak Tjandra yang perlu diselesaikan hari ini, hingga
hari Jum’at. Baginya tujuan yang jelas akan memudahkan dalam mengeset target.
Tugas yang penting dipecahnya menjadi beberapa bagian kecil, sehingga
mempermudah tindakan dan pengukuran pencapaiannya. Tujuan yang jelas dan target
yang jelas, pasti akan mendekatkan diri Suryo kepada pencapian yang mampu
diukur. Bila tidak bisa diukur dalam angka, Suryo akan membuat target yang
mampu membedakan antara sebelum dikerjakan dengan setelah pekerjaan itu usai.
“Yo, boleh ke ruangku… sebentar!”
“Baik, pak.” Suryo bergegas
menuju ruang pak Tjandra.
“Terima kasih, Yo. Kamu hebat,
sudah bisa menutup penjualan terbesar kita tahun ini. Dua ratus Lima puluh juta
itu besar bagi kita, Yo. Luar biasa.”
“Alhamdulillah, pak. Alloh
berikan jalan baik buat penjualan kita. Saya berterima kasih kepada bapak,
bapak bersedia memberikan arahan dan bimbingan. Karena itulah kita bisa
berhasil, pak. Dukungan bapak sangat berarti. Saya belum tentu bisa menutup
penjulan untuk bulan ini, tanpa peran besar pak Tjandra.”
“Bukan, Yo. Itu usahamu. Saya
hanya membantu sedikit. Kamu luar biasa, Yo.”
“Terima kasih, pak. Bapak yang
luar biasa dalam mendidik kami, pak.”
Prinsipnya adalah “No
Goal, No Target, No Planning, No Action, No Results.” Hukum ini
menjadi pasti, sebab tidak ada sesuatu yang kebetulan. Sebab kegagalan pun pastilah
ada tandanya. Kalaupun menghasilkan, itu pun ada prosesnya. Tidak ada yang
datang secara tiba-tiba, semua berjalan atas waktu dan upaya, proses.
“Suryo, kita perlu mengevaluasi
pencapaianmu, agar kita bisa belajar …dan kita menjadi mampu mengulangi
keberhasilan yang kita peroleh, sehingga kamu bisa sukses untuk proyek
penjualanmu yang lain.”
“Baik, pak Tjandra.”
“Bagaimana kalau kita nanti makan
siang… Kamu nanti ikut saya? Kamu ga ada janji, kan?”
“Siang ini belum, pak. Pagi ini
saya perlu follow up dua proposal melalui
telpon, kemudian menelpon empat prospek kita, pak.”
“Sip! Bagus kalau begitu. Nanti
siang kita makan sambil ketemu Tjahjono? Masih ingat kamu?”
“Mas Tjahjono? Bagaimana
kabarnya, pak. Lama sekali saya tidak bertemu beliau?” Tjahjono adalah adik
nomor dua Tjandra. Selisih umur Tjahjono dengan Suryo dua tahun, Tjahjono lebih
muda. Disela-sela belajar di SMA, Tjahjono juga sering membantu di Toko Suku
Cadang, di Senen.
“Baik, kabar dia Yo. Dia akan
bantu kita memperkuat Divisi penjualan pompa kita. Nanti kita teruskan
ngobrolnya, Yo. Kamu selesaikan dulu apa yang penting, ya!”
“Baik, pak.” Suryo melangkah
keluar dari ruang atasannya itu dengan senyum manis. “Hasil baik akan disertai
rejeki baik,” pikir Suryo. Tepat!
“Pagi, pak Suryo,” sapa Nani
staff Suryo. Nani adalah staff Suryo, yang membantu Suryo menelepon calon
pelanggan, menelepon pelanggan, mengatur janji, resepsionis dan juga merangkap
urusan administrasi. Ada lima karyawan di Kantor Glodok… tepatnya Ruko di
Kawasan Glodok … mereka adalah Pak Tjandra, Suryo, Nani, Irwan dan Jonni.
“Pagi, Nan. Tumben bawa bekel.
Biasanya kalau pagi puasa?”
“Iya, pak. Jaga lambung, pak.”
Suryo tersenyum sambil melangkah
meninggalkan meja Nani. Senyum untuk membungkus bayangan wajah istrinya yang merintih
sakit saat lambungnya teriris-iris. “Hari ini dan seterusnya, aku harus bekerja
lebih keras lagi. Anak-anakku perlu cukup makan. Istriku wajib aku bahagiakan.
Aku bisa, karena niatku baik. Ya, Alloh… kuatkanlah tubuhku, jagalah niatku.
Tambahkan ilmuku sehingga aku menjadi mampu mengatasi masalah yang muncul.
Jadikan diriku pribadi tangguh yang berani menghadapi persoalan yang aku temui.
Ya, Alloh sertailah perjalananku ini. Jadikan hasil kerjaku menjadi hasil baik
dan rejeki halal bagi keluargaku… Amin.. Amin.. Amin.. Ya, Alloh… Amin.”
Menjual adalah sebuah aktivitas
yang didahului setidaknya tujuh tahapan. Mulai dari mendapatkan nama calon
pelanggan, melakukan panggilan melalui telepon untuk mengadakan pertemuan,
pertemuan perkenalan, penawaran lebih lanjut, presentasi, mengatasi penolakan,
dan membuat penutupan penawaran menjadi penjualan.
Tidak mudah menjadi Salesman.
Karena tidak mudahnya itu banyak orang tidak menyukai profesi ini. Padahal,
sebenarnya… setiap manusia adalah Salesman, buktinya…
Seorang bayi yang menjual tanggisannya untuk mendapatkan perhatian ibunya dan
sebotol susu. Seorang pemuda menjual janji agar si gadis mau menjadi
pasangannya. Menjual ide. Menjual gagasan… menjual…menjual…menjual.
Menurut survey jika dibanding
dengan pekerjaan kantoran atau pabrik, hampir lebih dari 80% orang memilih
menjadi bukan tenaga penjualan. Kalaupun mereka mau menjadi Salesman, sebagian
besar dari mereka… terpaksa! Dari pada tidak ada jobs
… batu loncatan … terjebak … terima nasib …
Mengapa pekerjaan Salesman
menjadi pilihan terakhir bagi sebagian besar orang? Jawaban terbanyak dari
sekian pilihan adalah PENOLAKAN, karena pekerjaan Salesman berhubungan dengan
penolakan; dan penolakan adalah hal yang paling menakutkan dan menyakitkan.
Karena itulah sebagian besar pekerja menolak untuk bekerja sebagai tenaga
penjualan.
Statistik mengatakan, bahwa
menjual adalah permainan deret angka. Menjual adalah angka, hukum rata-rata.
Maksudnya, statistik menjual properti 30:1; 30 prospek …ujung akhir yang
membeli properti, satu orang. Demikian juga dengan menjual asuransi; 30
prospek, 10 pertemuan, 3 tertarik dan satu orang yang akhirnya membeli polis
asuransi.
Bila dicermati, Salesman
wajib memiliki mental pemenang, berani ditolak 30 kali, setidaknya untuk
mendapatkan order 1 kali transaksi. Profesi pekerjaan apa yang memiliki resiko
tidak enak dibanding dengan Salesman? Bukan resiko ditolak!
Tetapi memang untuk mendapatkan order, Salesman perlu
melewati banyak penolakan. Jadi kalau Suryo adalah seorang tenaga penjualan,
SELAMAT bagi Suryo dan orang seprofesi dengan Suryo; sebab pribadi seperti
Suryo adalah pribadi tangguh yang pantang menyerah oleh penolakan berkali-kali.
Maka saran terbaik bagi seorang Salesman
adalah bertahanlah sedikit lebih lama… bersabar dalam berupaya hingga
mendapatkan hasil. Banyak orang menyerah dan berbalik arah, padahal hasil
tinggal selangkah lagi mendapatkan hasil. Menjual adalah disiplin diri;
berupaya sepenuh hati meraih hasil, bukan melakukan apa yang disukai, tetapi melakukan
dengan sepenuh hati, menyukai apa yang dilakukan.
Untuk kisah lengkapnya silakan
KLIK:
https://www.facebook.com/notes/wawang-sukmoro-motivator-produktivitas/no-goal-no-target-no-planning-no-action-no-results/10150375126384127
…Rangkaian kisah yang mampu
menjadikan diri Anda lebih berdaya… SILAKAN di akses!