Best Manufacturing Practices

Posted by : Excellence Manufacturing Practices Monday, 7 October 2013


"Kalau Anda tidak tahu mau kemana, maka Anda tidak perlu kemana-mana !”

Tujuan yang jelas dapat memotivasi kita untuk mencapainya. Akan lebih baik sampai di tempat tujuan yang Anda telah rencanakan sebelumnya dari pada Anda sampai kesebuah tempat karena suatu kebetulan.  Salah satu pilar dari NLP adalah Outcome Thinking. Outcome bisa diartikan sebagai goal, tujuan atau sasaran. Tujuan yang jelas dapat menjadi sumber motivasi, tujuan yang jelas dan dibuat dengan baik dalam NLP dikenal sebagai Well-formed Outcome.

Outcome thinking berfokus pada sasaran yang kita inginkan. Kita bertindak dan bergerak mendekati sasaran yang kita inginkan. Kita bisa menyelesaikan masalah dengan cara menghadapinya bukan menjauhinya. Problem Thinking adalah lawan dari Outcome Thinking. Problem thinking adalah penghindaran dan lari dari masalah yang ada.

Outcome Frame, Outcome = Hasil yang diinginkan. Frame = Bingkai.
Outcome frame adalah satu set pertanyaan yang mengorientasikan pemikiran seseorang sedemikian rupa sehingga memaksimalkan kemungkinan mendapatkan apa yang diinginkan dan merasa gembira setelah berhasil mendapatkannya.

BLAMING FRAME THINKING
Pemikiran dengan bingkai menyalahkan.
1.     Apa yang salah?
2.     Mengapa saya bermasalah? Mengapa ada masalah?
3.     Sudah berapa lama masalah ini terjadi? Sudah berapa lama saya bermasalah?
4.     Bagaimana persisnya masalah ini terjadi? Bagaimana persisnya batasan ini terjadi?
5.     Apa yang menjadikan masalah ini terjadi? Siapa dan apa yang menjegal dan membatasi saya untuk mendapatkan hasil?
6.     Kesalahan siapa sehingga masalah ini muncul dan melibatkan saya?
7.     Kapan waktu terburuk saya terganggu dengan masalah seperti ini?

OUTCOME FRAME THINKING
Pemikiran dengan bingkai HASIL.
1.     Apa yang saya inginkan?
2.     Kapan persisnya saya menginginkan hal ini?
3.     Bagaimana saya tahu bahwa saya telah mendapatkannya?
4.     Ketika saya mendapatkan apa yang saya inginkan, apa lagi aspek hidup saya yang akan berkembang?
5.     Sumberdaya apa yang saya miliki yang dapat membantu saya mencapai keinginan saya?
6.     Bagaimana cara optimal memanfaatkan sumberdaya yang saya miliki?
7.     Apa yang sekarang harus saya lakukan untuk memperoleh apa yang saya inginkan?   

5 hal penting yang perlu diperhatikan saat membuat Outcome Frame:
(1)  Mempergunakan kalimat POSITIF (untuk niatan positif).
(2)  Outcome atau hasil yang diharapkan dalam jangkauan kendali Anda.
(3)  Mempegunakan teknik V+A+K, bisa dilihat + disuarakan atau dikatakan + dirasakan manfaatnya.
(4)  Harapan outcome dalam ukuran CHUNK yang benar à Sizeable appropriate.
(5)  Mampu dikerjakan oleh Anda, bila belum mampu Anda bisa meningkatkan kemampuan dengan berlatih.

Anda sebagai PRATITIONER atau Coach diharapkan mampu membantu menemukan kegairahan klien dalam mencapai harapannya (what do you want?) dan mampu menggali potensi untuk mencapai harapan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung (what will having that do for you? à intended or unintended consequences) .

Berikut adalah contoh perbincangan saya dengan pak Edi yang berkeinginan pindah ke Surabaya dan mendirikan Balai Pelatihan. Namun untuk mewujudkan keinginan tersebut pak Edi perlu mengundurkan diri dari tempat kerjanya di Balikpapan. Dan oleh karena keadaan inilah pak Edi menjadi bimbang. Perlukan dirinya mengundurkan diri? Bila mengundurkan diri kapan kira-kira waktu yang tepat? Apa yang perlu dilakukan agar keduanya bisa terlaksana.

W:           Selamat siang, pak Edi.

E:            Selamat siang, pak.

W:          Ijinkan saya menanyakan outcome pak Edi sekali lagi agar saya lebih memahami
outcome frame pak Edi sekaligus memberikan masukan untuk pak Edi seperti yang pak Edi harapkan.

E:           Baik, pak Wang.
Saya saat ini masih aktif bekerja, pak. Tetapi saya memiliki rencana ingin pulang kampung kembali ke Surabaya. Rencananya sih… saya ingin buka Balai Pelatihan Tenaga Kerja, semacam training kepada para lulusan STM atau SMK. Siapa tahu saya bisa membantu mereka untuk memiliki ketrampilan sehingga dirinya bisa dapat diterima di Perusahaan dan syukur bisa diterima di Perusahaan yang memiliki tingkat upah yang lebih baik karena mereka menghargai ketrampilan yang dimilikinya kalau pun tidak mereka bisa buka bengkel, pak.

W:          Wow! Bagus sekali, pak Edi. Lalu apa sebenarnya yang pak Edi harapkan atau inginkan?

E:           Ya… itu tadi, pak. Saya masih bekerja aktif. Tetapi jujur saja, pak W. Saya kadang sudah mulai bosan. Dan rasa-rasanya saya justru semakin tertarik atau impian saya atau outcome saya itu sekarang ini semakin kuat menarik saya.

W:          O.. begitu. Jadi pak Edi masih bekerja aktif tetapi pak Edi juga ingin mencapai outcome yang pak Edi harapkan. Begitu ya, pak.

E:           Benar, pak W.

W:          Apakah bila pak Edi masih bekerja aktif dan masih di Balikpapan pak Edi masih bisa mencapai outcome yang bapak harapkan?

E:           Emmm…hmm… (berfikir) rasanya sulit, pak.

W:          Begini, pak Edi. Saya ingin bertanya lebih lanjut. Keinginan pak Edi begitu kuat dan menurut saya sudah rinci, spesifik meski kapannya belum bapak jelaskan. Kapan menurut pak Edi bisa mencapai outcome tersebut bila bapak tidak memiliki kendala tinggal di Balikpapan dan bekerja aktif?

E:           Saya optimis dalam 3 sampai 5 tahun bisa, pak.

W:          Okey, very good. Pak Edi, bagaimana pak Edi mengetahui ketika outcome bapak tercapai?

E:           Ya, ketika saya memiliki bengkel pelatihan, kelas ada muridnya.. saya melihatnya senang. Senang melihat anak didik saya berhasil. Maksud saya lulus dari Balai Pelatihan yang saya miliki, pak W.

W:          Bagus, pak Edi. Artinya bapak paham dan bisa merasakan sekaligus mengetahui bila rencana bapak itu terpenuhi. Saya lanjutkan lagi ya, pak. Bila bapak tadi sampaikan dalam waktu 5 tahun di Surabaya, kira-kira bapak dengan siapa menjalankan Balai Pelatihan atau dengan siapa bapak mewujudkan impian pak Edi?

E:           Dengan istri dan paman saya, pak. Paman saya memiliki ruko cukup lumayan besar dan bisa disulap menjadi Balai Pelatihan, pak W.

W:          Bila pak Edi mencapai outcome yang pak Edi inginkan, hal apa yang akan menjadi lebih baik bagi bapak?

E:           Maksud pak W, kehidupan saya? Keluarga saya? Atau…

W:          Apapun, pak Edi. Apa yang akan menjadi lebih baik? Apa dampak outcome tersebut terhadap kehidupan pak Edi.

E:           Yang jelas saya akan merasa bahagia, saya merasa bisa berpartisipasi membantu anak-anak yang lulus SMK. Sudah tentu kehidupan saya juga akan menjadi lebih baik, pak meski saya belum tahu berapa besar secara financial saya beroleh keuntungan, tetapi saya yakin keadaan saya dan keluarga saya akan lebih baik. Selain Balai Pelatihan saya masih bisa melakukan bisnis yang lainnya, pak.

W:          Jadi pak Edi ingin bisnis lainnya atau tetap focus pada outcome Balai Pelatihan, pak?

E:           Prioritas: Balai Pelatihan SMK, pak W.
                 
W:          Luar biasa, pak. Anu, pak Edi. Saya percaya keinginan ini adalah keinginan lama dan pak Edi juga tidak main-main dengan outcome pak Edi. Menurut pak Edi, sumber daya apa saja yang pak Edi perlukan untuk mewujudkan impian atau outcome pak Edi?

E:           Begini, pak.
(1)                    Pertama, saya perlu bisa lepas dari keadaan aktif bekerja dengan perusahaan saya, pak.
(2)                    Kedua, ruko untuk balai pelatihan.
(3)                    Ketiga, badan hukum untuk Balai Pelatihan dan organisasinya.
(4)                    Keempat, yang jelas modal kerja, pak W. Saya tidak tahu modal kerja ini perlu menjadi urutan ke berapa? Menurut pak W bagaimana?

W:          Begini, pak Edi. Pelan-pelan saya coba urutkan dan mohon nanti bila kurang pas atau nanti pak Edi bisa konfirmasi ulang dengan mengurutkan mana yang menurut pak Edi lebih pas dan enak.
               Apa yang kira-kira pak Edi bisa lakukan dengan modal kecil yang pak Edi sekarang miliki atau upaya tanpa modal sebelum pak Edi memutuskan untuk berhenti bekerja?

E:           Oh.. ya, pak. Saya bisa melakukan banyak hal mulai dari besok pagi. Pertama saya bisa mencari tahu hal-hal yang terkait dengan Balai Pelatihan, saya bisa mencari tahu dari Department Pemerintah yang terkait, itu tanpa modal. Terus, saya juga bisa bertanya-tanya kepada Bank atau apalah… pinjam keluarga atau… untuk modal; saya pikir itu yang tanpa uang bisa saya lakukan.
               Anu… pak. Saya juga bisa belajar dari Balai Pelatihan yang ada di Balik Papan, kalau perlu saya akan mendaftarkan diri sebagai staff pengajar part time… kalau bisa. Kalau tidak ya.. pokoknya apa saja yang penting saya bisa dapatkan pengetahuan dan pengalaman. Saya yakin kalau saya pelajari dan fokus dalam waktu dua tahun saya semakin mantap percaya diri mendirikan Balai Pelatihan di Surabaya nanti.

W:          Uih…!! Bagus sekali pak. Jadi….

E:           … Saya rasa dan saya pikir saya bisa melakukan hal baik untuk mempersiapkan diri, sambil menyiapkan modal tentunya… saya masih bisa bekerja dalam mimpi saya meski saat ini saya masih aktif bekerja. Saya yakin dengan waktu yang ada saya bisa mewujudkan impian saya, memiliki Balai Pelatihan di Surabaya dengan dimulai dari Balikpapan ini, pak.

W:          Very good. Bagus sekali, pak. Luar biasa. Saya menangkap kegairahan dan semangat yang luar biasa. Pak Edi bisa menuangkannya dalam rencana kerja, selepas ini. Ingat ya, pak Rencana Kerja dan Daftar tugas dan tindakan itu dokumen hidup; pak Edi bisa ubah-ubah sesuai dengan perjalanan penyiapan masa depan yang baik ini, pak.

E:           Iya, benar, pak W.

W:          Ibarat sebuah pertunjukan besar, pak Edi. Mereka EOnya itu memiliki daftar tugas dan daftar pekerjaan: tugas apa,  akan selesai kapan, oleh siapa, dengan siapa bekerjanya, berapa biaya yang diperlukan, alat dan sumberdaya apa yang dipergunakan, kompetensi apa yang pak Edi perlu tingkatkan atau pelajari? .. Apakah pak Edi telah memiliki task list atau daftar tugas dan rencana kerja untuk mencapai outcome pak Edi?

E:           Luar biasa, pak W.
Langsung saya buat selepas perbincangan kita. Terima kasih pak W. Sungguh saya menjadi berdaya, dan daya yakin mampu mencapai outcome tersebut disbanding dengan sebelumnya saya binggung, bimbang dan kadang justru limbung tidak tahu harus apa yang saya kerjakan. Belum lagi mental blok yang saya miliki.
               Terima kasih, pak W. Outcome Framing yang membuat saya berdaya.



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Visitor

Coach & Facilitator

Coach & Facilitator
Wawang Sukmoro Motivator Produktivitas

TURNING LOSS INTO PROFIT

TURNING LOSS INTO PROFIT
Buku Tentang MOTIVASI PRODUKTIVITAS

100% Charity BUKU BERHASIL

100% Charity BUKU BERHASIL
Unduh Gratis at SCRIBD.com

Twitter

Blog Archive

- Copyright © NLP Indonesia Berdaya -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -