- Back to Home »
- Goal , Outcome Framed , Outcome Thinking »
- 17A: Outcome thinking, WELL-FORMED OUTCOME
Posted by : Excellence Manufacturing Practices
Monday, 7 October 2013
"Kalau Anda tidak tahu mau kemana, maka
Anda tidak perlu kemana-mana !”
Tujuan yang jelas dapat memotivasi kita untuk
mencapainya. Akan lebih baik sampai di tempat tujuan yang Anda telah rencanakan
sebelumnya dari pada Anda sampai kesebuah tempat karena suatu kebetulan. Salah satu pilar dari NLP adalah Outcome Thinking. Outcome bisa diartikan sebagai goal, tujuan atau sasaran. Tujuan
yang jelas dapat menjadi sumber motivasi, tujuan yang jelas dan dibuat dengan
baik dalam NLP dikenal sebagai Well-formed Outcome.
Outcome thinking berfokus pada sasaran yang kita inginkan. Kita
bertindak dan bergerak mendekati sasaran yang kita inginkan. Kita bisa
menyelesaikan masalah dengan cara menghadapinya bukan menjauhinya. Problem Thinking adalah lawan dari Outcome Thinking. Problem thinking adalah penghindaran dan lari dari masalah yang
ada.
Outcome Frame, Outcome = Hasil yang diinginkan. Frame = Bingkai.
Outcome frame
adalah satu set pertanyaan yang mengorientasikan pemikiran seseorang sedemikian
rupa sehingga memaksimalkan kemungkinan mendapatkan apa yang diinginkan dan
merasa gembira setelah berhasil mendapatkannya.
BLAMING FRAME THINKING
Pemikiran dengan bingkai menyalahkan.
1. Apa yang salah?
2. Mengapa saya bermasalah? Mengapa ada masalah?
3. Sudah berapa lama masalah ini terjadi? Sudah
berapa lama saya bermasalah?
4. Bagaimana persisnya masalah ini terjadi?
Bagaimana persisnya batasan ini terjadi?
5. Apa yang menjadikan masalah ini terjadi? Siapa
dan apa yang menjegal dan membatasi saya untuk mendapatkan hasil?
6. Kesalahan siapa sehingga masalah ini muncul dan
melibatkan saya?
7. Kapan waktu terburuk saya terganggu dengan
masalah seperti ini?
OUTCOME FRAME THINKING
Pemikiran dengan bingkai HASIL.
1. Apa yang saya inginkan?
2. Kapan persisnya saya menginginkan hal ini?
3. Bagaimana saya tahu bahwa saya telah
mendapatkannya?
4. Ketika saya mendapatkan apa yang saya inginkan,
apa lagi aspek hidup saya yang akan berkembang?
5. Sumberdaya apa yang saya miliki yang dapat
membantu saya mencapai keinginan saya?
6. Bagaimana cara optimal memanfaatkan sumberdaya
yang saya miliki?
7. Apa yang sekarang harus saya lakukan untuk
memperoleh apa yang saya inginkan?
5 hal penting yang perlu diperhatikan saat
membuat Outcome Frame:
(1) Mempergunakan kalimat POSITIF (untuk niatan
positif).
(2) Outcome atau hasil yang diharapkan dalam
jangkauan kendali Anda.
(3) Mempegunakan teknik V+A+K, bisa dilihat +
disuarakan atau dikatakan + dirasakan manfaatnya.
(4) Harapan outcome dalam ukuran CHUNK yang benar à Sizeable appropriate.
(5) Mampu dikerjakan oleh Anda, bila belum mampu
Anda bisa meningkatkan kemampuan dengan berlatih.
Anda sebagai PRATITIONER atau Coach diharapkan
mampu membantu menemukan kegairahan klien dalam mencapai harapannya (what do
you want?) dan mampu menggali potensi untuk mencapai harapan tersebut baik
secara langsung maupun tidak langsung (what will having that do for you? à intended or unintended consequences) .
Berikut adalah contoh perbincangan saya dengan
pak Edi yang berkeinginan pindah ke Surabaya dan mendirikan Balai Pelatihan.
Namun untuk mewujudkan keinginan tersebut pak Edi perlu mengundurkan diri dari
tempat kerjanya di Balikpapan. Dan oleh karena keadaan inilah pak Edi menjadi
bimbang. Perlukan dirinya mengundurkan diri? Bila mengundurkan diri kapan
kira-kira waktu yang tepat? Apa yang perlu dilakukan agar keduanya bisa
terlaksana.
W: Selamat
siang, pak Edi.
E: Selamat
siang, pak.
W: Ijinkan
saya menanyakan outcome pak Edi sekali lagi agar saya lebih memahami
outcome frame
pak Edi sekaligus memberikan masukan untuk pak Edi seperti yang pak Edi harapkan.
E: Baik,
pak Wang.
Saya saat ini
masih aktif bekerja, pak. Tetapi saya memiliki rencana ingin pulang kampung
kembali ke Surabaya.
Rencananya sih… saya ingin buka Balai Pelatihan Tenaga Kerja, semacam training
kepada para lulusan STM atau SMK. Siapa tahu saya bisa membantu mereka untuk
memiliki ketrampilan sehingga dirinya bisa dapat diterima di Perusahaan dan
syukur bisa diterima di Perusahaan yang memiliki tingkat upah yang lebih baik
karena mereka menghargai ketrampilan yang dimilikinya kalau pun tidak mereka
bisa buka bengkel, pak.
W: Wow!
Bagus sekali, pak Edi. Lalu apa sebenarnya yang pak Edi harapkan atau inginkan?
E: Ya…
itu tadi, pak. Saya masih bekerja aktif. Tetapi jujur saja, pak W. Saya kadang
sudah mulai bosan. Dan rasa-rasanya saya justru semakin tertarik atau impian
saya atau outcome saya itu sekarang ini semakin kuat menarik saya.
W: O..
begitu. Jadi pak Edi masih bekerja aktif tetapi pak Edi juga ingin mencapai
outcome yang pak Edi harapkan. Begitu ya, pak.
E: Benar,
pak W.
W: Apakah
bila pak Edi masih bekerja aktif dan masih di Balikpapan pak Edi masih bisa
mencapai outcome yang bapak harapkan?
E: Emmm…hmm…
(berfikir) rasanya sulit, pak.
W: Begini,
pak Edi. Saya ingin bertanya lebih lanjut. Keinginan pak Edi begitu kuat dan menurut
saya sudah rinci, spesifik meski kapannya belum bapak jelaskan. Kapan menurut
pak Edi bisa mencapai outcome tersebut bila bapak tidak memiliki kendala
tinggal di Balikpapan dan bekerja aktif?
E: Saya
optimis dalam 3 sampai 5 tahun bisa, pak.
W: Okey,
very good. Pak Edi, bagaimana pak Edi mengetahui ketika outcome bapak tercapai?
E: Ya,
ketika saya memiliki bengkel pelatihan, kelas ada muridnya.. saya melihatnya
senang. Senang melihat anak didik saya berhasil. Maksud saya lulus dari Balai
Pelatihan yang saya miliki, pak W.
W: Bagus,
pak Edi. Artinya bapak paham dan bisa merasakan sekaligus mengetahui bila
rencana bapak itu terpenuhi. Saya lanjutkan lagi ya, pak. Bila bapak tadi
sampaikan dalam waktu 5 tahun di Surabaya, kira-kira bapak dengan siapa
menjalankan Balai Pelatihan atau dengan siapa bapak mewujudkan impian pak Edi?
E: Dengan
istri dan paman saya, pak. Paman saya memiliki ruko cukup lumayan besar dan
bisa disulap menjadi Balai Pelatihan, pak W.
W: Bila
pak Edi mencapai outcome yang pak Edi inginkan, hal apa yang akan menjadi lebih
baik bagi bapak?
E: Maksud
pak W, kehidupan saya? Keluarga saya? Atau…
W: Apapun,
pak Edi. Apa yang akan menjadi lebih baik? Apa dampak outcome tersebut terhadap
kehidupan pak Edi.
E: Yang
jelas saya akan merasa bahagia, saya merasa bisa berpartisipasi membantu
anak-anak yang lulus SMK. Sudah tentu kehidupan saya juga akan menjadi lebih
baik, pak meski saya belum tahu berapa besar secara financial saya beroleh
keuntungan, tetapi saya yakin keadaan saya dan keluarga saya akan lebih baik.
Selain Balai Pelatihan saya masih bisa melakukan bisnis yang lainnya, pak.
W: Jadi
pak Edi ingin bisnis lainnya atau tetap focus pada outcome Balai Pelatihan,
pak?
E: Prioritas:
Balai Pelatihan SMK, pak W.
W: Luar
biasa, pak. Anu, pak Edi. Saya percaya keinginan ini adalah keinginan lama dan
pak Edi juga tidak main-main dengan outcome pak Edi. Menurut pak Edi, sumber
daya apa saja yang pak Edi perlukan untuk mewujudkan impian atau outcome pak
Edi?
E: Begini,
pak.
(1)
Pertama, saya perlu bisa lepas dari keadaan
aktif bekerja dengan perusahaan saya, pak.
(2)
Kedua, ruko untuk balai pelatihan.
(3)
Ketiga, badan hukum untuk Balai Pelatihan dan
organisasinya.
(4)
Keempat, yang jelas modal kerja, pak W. Saya
tidak tahu modal kerja ini perlu menjadi urutan ke berapa? Menurut pak W
bagaimana?
W: Begini,
pak Edi. Pelan-pelan saya coba urutkan dan mohon nanti bila kurang pas atau
nanti pak Edi bisa konfirmasi ulang dengan mengurutkan mana yang menurut pak
Edi lebih pas dan enak.
Apa
yang kira-kira pak Edi bisa lakukan dengan modal kecil yang pak Edi sekarang
miliki atau upaya tanpa modal sebelum pak Edi memutuskan untuk berhenti
bekerja?
E: Oh..
ya, pak. Saya bisa melakukan banyak hal mulai dari besok pagi. Pertama saya
bisa mencari tahu hal-hal yang terkait dengan Balai Pelatihan, saya bisa
mencari tahu dari Department Pemerintah yang terkait, itu tanpa modal. Terus,
saya juga bisa bertanya-tanya kepada Bank atau apalah… pinjam keluarga atau…
untuk modal; saya pikir itu yang tanpa uang bisa saya lakukan.
Anu…
pak. Saya juga bisa belajar dari Balai Pelatihan yang ada di Balik Papan, kalau
perlu saya akan mendaftarkan diri sebagai staff pengajar part time… kalau bisa.
Kalau tidak ya.. pokoknya apa saja yang penting saya bisa dapatkan pengetahuan
dan pengalaman. Saya yakin kalau saya pelajari dan fokus dalam waktu dua tahun
saya semakin mantap percaya diri mendirikan Balai Pelatihan di Surabaya nanti.
W: Uih…!!
Bagus sekali pak. Jadi….
E: …
Saya rasa dan saya pikir saya bisa melakukan hal baik untuk mempersiapkan diri,
sambil menyiapkan modal tentunya… saya masih bisa bekerja dalam mimpi saya
meski saat ini saya masih aktif bekerja. Saya yakin dengan waktu yang ada saya
bisa mewujudkan impian saya, memiliki Balai Pelatihan di Surabaya dengan
dimulai dari Balikpapan ini, pak.
W: Very
good. Bagus sekali, pak. Luar biasa. Saya menangkap kegairahan dan semangat
yang luar biasa. Pak Edi bisa menuangkannya dalam rencana kerja, selepas ini.
Ingat ya, pak Rencana Kerja dan Daftar tugas dan tindakan itu dokumen hidup;
pak Edi bisa ubah-ubah sesuai dengan perjalanan penyiapan masa depan yang baik
ini, pak.
E: Iya,
benar, pak W.
W: Ibarat
sebuah pertunjukan besar, pak Edi. Mereka EOnya itu memiliki daftar tugas dan
daftar pekerjaan: tugas apa, akan
selesai kapan, oleh siapa, dengan siapa bekerjanya, berapa biaya yang
diperlukan, alat dan sumberdaya apa yang dipergunakan, kompetensi apa yang pak
Edi perlu tingkatkan atau pelajari? .. Apakah pak Edi telah memiliki task list
atau daftar tugas dan rencana kerja untuk mencapai outcome pak Edi?
E: Luar
biasa, pak W.
Langsung saya
buat selepas perbincangan kita. Terima kasih pak W. Sungguh saya menjadi
berdaya, dan daya yakin mampu mencapai outcome tersebut disbanding dengan
sebelumnya saya binggung, bimbang dan kadang justru limbung tidak tahu harus
apa yang saya kerjakan. Belum lagi mental blok yang saya miliki.
Terima
kasih, pak W. Outcome Framing yang membuat saya berdaya.