Best Manufacturing Practices

Posted by : Excellence Manufacturing Practices Saturday, 21 September 2013


Banyak kegagalan komunikasi terjadi karena kita tidak mengerti penyampaian bahasa non-verbal yang disampaikan kawan bicara kita. Untuk itu perlunya kita mempelajari NLP lewat Sensory Acuity agar kita dapat lebih memahami penyampaian non-verbal yang disampaikan kawan bicara kita.



Sensory Acuity adalah kepekaan panca indera kita saat melihat, mendengar dan merasakan (proses kalibrasi, calibration) apa yang disampaikan oleh kawan bicara melalui non-verbal communication.



Kepekaan inderawi ini dapat ditunjukan dari kercerdasan yang Anda miliki meski mata Anda dalam keadaan tertutup.


Contoh ketajaman indera pendengaran (auditory), Anda bisa mengenali suara kedatangan seseorang melalui suara langkah atau bunyi sepatunya menyentuh lantai. 
Atau dari suaranya tertawa. Anda bisa mengenali dengan mudah bunyi dan suara tertentu, misalnya membedakan suara gelas pecah dan piring pecah. Suara lonceng dengan bel sepeda, dan suara-suara binatang.


Contoh ketajaman indera perasa Anda (kinesthetic), macam-macam rasa buah-buahan meski Anda tidak melihat bentuk buahnya. Anda bisa merasakan, membedakan sekaligus menebak siapa sahabat Anda yang menyentuh pundak Anda? Mencium jenis masakan tertentu atau bebauan khas tertentu meski dalam jarak pemisah dan Anda tidak melihatnya langsung?


Contoh ketajaman pengelihatan Anda. Anda bisa membedakan dan mengenali sebuah benda bergeser berubah posisi atau keberadaannya sebelum dan sesudahnya tanpa melihatnya saat digeser atau dipindahkan? Anda bisa membedakan keadaan sebuah tempat yang Anda kunjungi dua tahun lalu dan saat kini Anda berada di tempat tersebut, meskipun saat perubahan terjadi Anda tidak mengetahuinya.


Ada tiga macam bahasa dalam berkomunikasi: verbal = berbicara, non-verbal = bahasa tubuh atau non-bahasa inderawi (non sensory based language) dan bahasa inderawi (sensory based language).



Ketika seseorang mengatakan tentang sesuatu dengan keadaannya, apakah benar-benar dia jujur mengatakan hal tersebut? Atau ada maksud tertentu, menyembunyikan sesuatu untuk maksud tertentu? Bisa jadi begitu dan bisa jadi bukan begitu. Ketika tubuhnya tidak selaras, tubuhnya mengirimkan sinyal yang berbeda, bukan bermaksud berbohong sebenarnya namun akan seperti terlihat berbohong karena tampak ragu-ragu atau tampak ketakutan sehingga sinyal yang terpancar adalah sinyal ketidakyakinan alhasil menimbulkan penilaian yang terbalik.



Seorang ibu dengan perasaan marah bercerita kepada saya, menurutnya suaminya tidak pernah berubah.



Dari dulu hingga saat ini, suaminya tidak perhatian dan tidak peduli pada dirinya. Suaminya tidak memperhatikan saat dirinya berbicara. Si ibu ini menguraikan sikap suaminya saat mendengarkan ceritanya dengan tangan melipat di dada, kepala memaling dan tidak berani menatap.

Kemarahan ini menjadi semakin memuncak dan menimbulkan masalah keluarga, alasan si ibu adalah karena suaminnya tidak memberikan perhatian. Benarkah suaminya tidak perhatian? Apakah bahasa tubuhnya telah menjadikan si suami dinilai menjadi seorang pria yang tidak perhatian dan terkesan tidak peduli kepada istrinya?



Edo kesal dengan Ani pacarnya. Edo merasa kesal karena merasa Ani tidak melihat upayanya untuk sampai ke kantor Ani, menjemput pacarnya itu dengan susah payah. Dan sore tadi Edo hampir saja terlibat kecelakaan karena semrawutnya lalu lintas. “Elo sama sekali ga bisa menghargai aku, An!” Wajah Ani berubah, matanya membelalak, dagunya diturunkan, bahunya mengencang dan dinaikan. Edo makin emosi melihat bahasa tubuh si Ani. “An, lebih marahan elo dibanding gua. Harusnya gua yang marah ngliat tampang loe! Ini bukan salah gua. Jalanan macet! Masa elo ga mau tau sih, An!”Edo berusaha menyakinkan Ani dengan emosi. Dan mulailah mereka beradu argument. Saling merasa benar di posisinya masing-masing.

Apakah si Ani bersalah? Apa yang salah dengan tubuh si Ani? Apa Edo yang salah dalam membaca bahasa tubuh si Ani?



Setidaknya ada 5 hal penting yang bisa Anda jadikan bahan pengamatan pada non-verbal communication, sehingga kita menjadi lebih sensitif saat berinteraksi dan berkomunikasi.



1. Cara bernafas.

Cara kita bernafas adalah kunci penting untuk memahami kondisi/state yang sedang kita alami. Anda dapat memperhatikan mulai dari dimana kita bernafas (pada bagian dada atau perut), tempo kita bernafas, sampai pada pola bernafas yang muncul ketika kita sedang berbicara dengan orang lain. Jika sudah, cermatilah perubahan yang timbul seiring dengan perubahan kondisi dalam diri Anda (internal state).



Setelah Anda dapat menandai perbedaanya barulah Anda mulai untuk berlatih dengan mencermati orang lain. Well, terkadang memang tidak terlalu mudah sih untuk melakukan yang terakhir ini.



Pertama, kita seringkali kesulitan karena pakaian cukup tebal yang mereka kenakan atau pola nafas yang pendek.



Kedua, memperhatikan dada seseorang (apalagi lawan jenis) cukup lama tentu bisa menimbulkan masalah bukan? Nah, dalam kasus seperti ini, kita bisa gunakan cara lain seperti memperhatikan bahu bagian atas. Untuk menambah jam terbang, Anda juga bisa menonton TV sembari mematikan suaranya dan menebak kondisi sang aktor/aktris hanya dengan memperhatikan gerak bahunya. Jika angle yang diambil cukup dekat, Anda bahkan bisa membandingkan gerak bahu tersebut dengan mengobservasi kemunculan otot pada leher mereka.



2. Perubahan warna.

Ah, mana mungkin bisa? Jelas bisa. Yang paling mudah, Anda tentu sudah sering melihat kan seorang yang sedang amat marah dan warna wajahnya berubah menjadi merah? Biarpun kulit mereka agak gelap, perubahan ini pasti tetap terasa. Nah, seiring dengan meningkatnya keahlian observasi Anda, perbedaan ini pun akan makin mudah Anda kenali. Ada beberapa tips praktis.



Berpikirlah dengan kontras. Secara bertahap, Anda akan menemukan bahwa wajah seseorang tidak hanya memiliki satu warna saja—warna kulitnya sendiri. Saya sendiri sering berlatih dengan mengamati mereka yang berkulit sangat putih dan saya mencermati bahwa di wajah mereka terkadang ada area-area tertentu yang berwarna merah muda, kecoklatan, kehijauan, kekuningan, bahkan kebiruan. Nah, langkah selanjutnya adalah membandingkan warna-warna tersebut dengan kondisi/state orang tersebut. Misalnya, ada beberapa orang yang pipinya menjadi berwarna merah muda ketika sedang tersipu-sipu malu. Namun jika intensitas malunya meningkat maka warnanya menjadi lebih ke arah merah meskipun belum seperti merahnya orang yang sedang marah.



3. Perubahan otot-otot.

Selain warna, perubahan pada otot-otot juga dapat menjadi indikator perubahan kondisi internal kita. Contoh paling mudah—lagi-lagi—adalah dengan mengamati ketika kita sedang berada dalam state dengan intensitas tinggi seperti amat marah, amat sedih, amat tertekan, atau amat gembira.



Ah, saya baru ingat contoh yang bagus. Perhatikan ketika kita sedang mendapat sebuah pertanyaan yang mengajak kita untuk berpikir keras. Yap, otot-otot pada bagian kening tentu akan mengkerut yang berakibat pada tampak berkerutnya kening tersebut.



Cermati pula ketika kita sedang jijik, otot bagian mana yang berubah? Tepat, bagian hidung dan sekitar mulut bagian atas. Bagaimana dengan ketika terheran-heran? Ketika marah? Ketika depresi? Ketika putus asa? He..he..asyik kan?



Nah, sejalan dengan latihan yang Anda lalui, Anda akan semakin mudah mencermati perubahan otot pada bagian tubuh yang lain.



4. Perubahan pada bibir bawah.

Satu lagi sinyal yang hampir tidak mungkin untuk dikendalikan secara sadar, perubahan pada bibir. Anda bisa mengamati perubahan dalam hal perubahan ukuran, warna, bentuk, ujung bibir, tekstur, gerakan, juga melebar dan mengkerutnya.



Ingat-ingat saat Anda melihat rekan yang sedang mengomel dan bedakan dengan ketika ia sedang bercerita kisah yang menggembirakan. Anda bisa menemukan perbedaanya? Bagus. Hanya saja, seperti pada latihan mengamati gerak dada, Anda juga perlu berhati-hati ketika mengamati bagian tubuh yang satu ini. Saran saya, mulailah dari mereka yang Anda kenal dengan amat dekat dulu seperti anggota keluarga.



5. Nada suara.

Tidak bisa dipungkiri, nada suara adalah elemen penting yang akan mempengaruhi makna dari kalimat yang kita ucapkan pada orang lain. Cobalah memotivasi orang lain dengan nada suara rendah, tanpa tekanan, dan suara yang pelan pula. Saya berani jamin kalau kalimat motivasi Anda tidak akan pernah membekas dalam hati mereka. Begitu pula dengan kritikan yang sebenarnya amat pedas, namun disampaikan dengan nada suara yang amat lembut, pasti tidak akan menimbulkan intensitas emosi yang terlalu tinggi. Sama dengan cara bernafas, perubahan warna, perubahan otot, dan perubahan bibir, perubahan pada nada suara juga adalah kata kunci penting untuk memahami kondisi internal kita.



Berlatihlah mulai dari mendengarkan perubahan pada volume, nada, ritme, tempo, kejelasan, dan resonansi. Jika masih kesulitan untuk mendengarkan secara langsung, Anda bisa menggunakan TV ataupun radio sebagai media latihan. Jika menggunakan TV, cobalah untuk tidak melihat gambarnya dan hanya mendengarkan suaranya lalu deteksilah perubahan yang terjadi.



Kalau sudah begini, saya yakin Anda akan lebih mudah untuk memahami kondisi internal orang lain dan karenanya akan lebih empatik ketika mendengar karena Anda bisa memasuki dunianya dan merasakan perasaan dari sudut pandangnya.



Orang merasakan emosi di dalam tubuhnya dan berfikir di dalam benaknya masing-masing. Anda bisa mengamati muka atau tarikan nafasnya, namun emosi yang ia rasakan ada di dalam, di mana Anda tidak bisa melihat , mendengar, meraba, merasakan dan mengecapnya. Ini bukan bagian dari realitas bersama  Anda sampai ia mengatakan kepada Anda tentang APA yang sesungguhnya terjadi di dalam dirinya. Menjadi mungkin bahasa tubuh orang yang marah dan merasa bersalah terlihat sama. Tetapi vonis yang terlalu dini bisa menjadikan berantakan sejak awal pertemuan.



Mari kita lihat ulang kejadian si Ani dan Edo. Seharusnya hubungan mereka semakin akrab dan erat karena saling membutuhkan dan saling berkorban, seandainya saja jika mereka saling mengerti dan memahami gambar dunia masing-masing.



Bila saja Ani dan Edo mempergunakan bahasa inderawi, mungkin ikatan kimia mereka bisa menjadi senyawa yang sebangun. NLP selalu didasarkan pada deskripsi berbasis inderawi. Ketika Anda menginterpresentasikan, sebenarnya Anda sedang meletakan sebuah cermin antara Anda dan orang itu; DAN ini BUKAN NLP! Bahasa inderawilah yang menukar cermin menjadi jendela untuk masuk dunia orang lain. Jika Anda mampu membebaskan diri dari deskripsi interpretative, barulah Anda dikatakan kompeten dalam menggunakan NLP.



Anda tentu sudah paham tentang bahasa tersebut, tetapi belum secara tajam membedakan antara deskripsi inderawi dan interpretatif. Anda mungkin sering mempergunakan keduanya, yakini ketika Anda merespon seseorang lewat deskripsi interpretatif yang Anda anggap sebagai sebuah kenyataan dan benar menurut deskripsi panca indera Anda.



Inderawi                                  Interpretatif (non-indrawi)

Tangan dilipat                                        Dipermalukan

Kaki dilipat                                             Ditakuti

Pipi merona                                           Ditertawakan

Suara cepat                                            Dibodohi

Kaki diketuk-ketukan                          Konten



Jadi kepekaan dalam menyadari situasi, kondisi yang terjadi pada diri, lingkungan dan saat berkomunikasi dapat meningkatkan self awareness. Sensory acuity adalah kepekaan dari panca indera untuk memahami apa yang terjadi pada diri kita, lingkungan dan lawan bicara saat berkomunikasi.



Ketajaman sensorik adalah frase yang digunakan dalam Neuro Linguistic Programming. Ini berkaitan dengan kesadaran segala sesuatu yang terjadi di sekitar Anda.


Seorang anak dengan tipe KINESTETIS, sulit diam. Bergerak. Sehingga orang tuanya marah, karena dia ingin anaknya bila belajar duduk diam dengan tenang. Anak dengan tipe AUDITORY membaca dengan bergunam, orang tuanya pun khawatir kalau proses belajarnya terganggu karena tidak serius. Sementara anak yang satunya lagi lebih senang belajar melalui video, menonton contoh-contoh apa yang dijelaskan orang tua atau gurunya, anak yang bertipe VISUAL; dia lebih senang mengambar dan corat-coret ketika belajar.

Masing-masing orang memiliki dunianya sendiri-sendiri, karena mereka bertumbuh bersama kekuatan sensor inderawi yang ia miliki. Bila ia kuat di visual maka akan menjadi tipe VISUAL, demikian juga dengan tipe AUDITORY dan KINESTETIK.



Ketajaman indera membutuhkan waktu untuk berkembang, namun seperti Anda sekarang sadari hal itu dapat mulai dengan menonton orang lebih dekat - namun tidak sampai menakut-nakuti mereka!



Dalam NLP ketajaman Sensory mungkin adalah keterampilan yang paling mengesankan. Ini adalah keterampilan yang merupakan pusat NLP - mencoba mendapatkan pemahaman yang baik tentang situasi kawan bicara Anda atau klien Anda.



Anda mungkin pernah mendengar pepatah lama, 'itu bukan apa yang Anda katakan, melainkan bagaimana Anda mengatakannya' ini mengatakan cocok dengan bagaimana kita berpikir dalam NLP. Sebagai contoh, pernyataan "Aku benar-benar menyukaimu" disampaikan? Jika Anda berpikir dari semua jenis nada suara dan fisiologi yang dapat menyertai pernyataan, Anda akan segera menyadari unsur-unsur non verbal membawa lebih berat daripada kata-kata. Albert Mehrabian, seorang Profesor Psikologi berpendapat:


7% dampak dari linguistik
38% dampak pada nada suara
55% dampak dari fisiologis


Setiap kali perubahan representasi internal sesuatu juga akan bergeser dalam perilaku eksternal seseorang.
Pergeseran internal. Perubahan representasi sensorik. Gambar, suara dan perasaan.
Pergeseran eksternal. Perubahan Wajah. Bahasa tubuh. Pergeseran tonaliti.


Pada kursus NLP peserta belajar untuk mengembangkan kesadaran sensorik mereka sendiri dengan mendeteksi gerakan halus dalam fisiologi orang lain dan nada suara. Dalam NLP ini dikenal sebagai kalibrasi yang berarti mendeteksi perbedaan. Gerakan besar yang mudah untuk dideteksi. Ini pergeseran halus yang membutuhkan tingkat kesadaran yang tinggi. Jika Anda secara alami pandai membaca orang yaitu mengetahui kapan mereka berbohong, menyembunyikan emosi dll., Anda mungkin telah mengembangkan keterampilan kalibrasi sadar. Beberapa orang memiliki perhatian mereka berorientasi internal yang baik untuk kesadaran diri, namun untuk mendeteksi perubahan lain adalah penting untuk juga memiliki perhatian Anda berorientasi eksternal.



Berikut adalah daftar dari beberapa elemen bahwa Anda mungkin mulai melihat selama percobaan ketajaman indera Anda:


Visual
  •  Posisi dan Jarak gambar internal bersama dengan ukuran.
  •  Apakah gambar bergerak atau tidak?
  •  Kadang-kadang Anda mungkin benar-benar memiliki rasa bentuk atau warna.
  •  Asosiasi / Disassociation.
  • Pergeseran warna kulit.
  • Perubahan otot. 
  • Perubahan bibir bawah.
  • Pelebaran pupil.
  • Perubahan pergerakan nafas.
  • Melipat tangan di dada, melipat jari dua tangan
  • Menyilangkan kaki.
  • Duduk bersandar ke depan dan belakang.


Auditory 
  • Suara internal yang datang dari arah tertentu.
  • Anda mungkin merasa bahwa Anda menyadari suara atau kata-kata tertentu.
  • Jenis bunyi tertentu.
  • Volume. 
  • Nada. 
  • Kejelasan pengucapan. 
  • Cepat. 
  • Jeda. 
  • Berirama.

Kinestetik 
  • Perhatikan perubahan warna kulit sebagai tanda umum relaksasi.
  • Perhatikan gerakan tangan. Seringkali mereka menyiratkan orang tersebut berinteraksi dengan citra mereka mengakses.
  • Jika seseorang mengakses perasaan mereka mungkin memberikan perasaan 'gerakan' dengan tangan mereka.


Cara terbaik untuk mengembangkan keterampilan Anda adalah baik mencoba strategi elisitasi, atau meminta seseorang untuk bersedia mengakses beberapa jenis kenangan dan kemudian Anda perhatikan apakah hasilnya seperti yang Anda harapkan?


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Visitor

Coach & Facilitator

Coach & Facilitator
Wawang Sukmoro Motivator Produktivitas

TURNING LOSS INTO PROFIT

TURNING LOSS INTO PROFIT
Buku Tentang MOTIVASI PRODUKTIVITAS

100% Charity BUKU BERHASIL

100% Charity BUKU BERHASIL
Unduh Gratis at SCRIBD.com

Twitter

Blog Archive

- Copyright © NLP Indonesia Berdaya -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -